GURU KUADRAN IV
Guru Kuadran IV, menurut Carl D. Glikcman, adalah guru yang memiliki tingkat komitmen dan abstraksi yang tinggi, “These teachers have both a high level of commitment and a high level of abstraction”. Inilah tipe guru professional sejati. Mereka memiliki komitmen untuk memperbaiki kompetensi dirinya, peserta didiknya, dan teman sejawatnya secara sungguh-sungguh dan terus menerus. Sebagai profesional sejati, guru memiliki kecerdasan kreatif (creative intelligence). Kecerdasan kreatif ini membuat guru mampu memunculkan ide-ide baru dalam mengelola pembelajaran, menyelesaikan masalah pembelajaran dengan cara unik, dan dalam meningkatkan produktifitasnya.
Sebagai guru kuadran IV mereka adalah seorang informal leader yang akan membimbing anak didiknya dengan senang hati untuk menjadi manusia mandiri, membantu rekan sejawatnya untuk menjadi guru yang lebih baik, dan menawarkan gagasan-gagasan, aktifitas-aktifitas, dan sumberdaya yang dimilikinya, serta aktif terlibat meningkatkan kualitas dan keunggulan sekolahnya. Jadi, guru kuadran IV adalah seorang pemikir (thinker) sekaligus pekerja (doer) yang baik.
Tentu saja untuk memasuki taraf guru kuadran IV bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan proses perjuangan yang panjang. Program sertifikasi yang digulirkan pemerintah belumlah cukup. Apalagi model program sertifikasi seperti yang dipraktikkan selama ini, yang sebenarnya lebih menyerupai program peningkatan kesejahteraan secara finansial daripada peningkatan kompetensi profesional guru.
Agar bisa memotivasi guru untuk menjadi guru kuadran IV, program sertifikasi harus diperbaiki, terutama pada tahapan rekrutmen, pembinaan, dan pengawasan setelah tersertifikasi. Untuk meningkatkan kualitas melalui program sertifikasi diperlukan uji kompetensi awal sebagai salah satu syarat proses sertifikasi sehingga guru yang tersertifikasi adalah benar-benar guru yang memiliki basis keilmuan yang kuat, cakap mengelola pembelajaran, dan profesional. Uji kompetensi awal sebagai tiket masuk proses sertifikasi akan memotivasi guru untuk terus belajar dan memperbaiki kompetensi pedagogi, sosial, akademik, dan manajerialnya sehingga mereka lolos dalam proses sertifikasi. Hal ini perlu dilakukan agar program sertifikasi tidak hanya sebagai media bagi-bagi uang untuk guru yang tidak kompeten tetapi benar-benar sebagai wahana untuk mengantarkan guru menuju guru kuadran IV.
Selain itu, guru harus meningkatkan kualitas profesionalnya secara mandiri karena bukan program sertifikasi yang akan merubah performa guru namun gurulah yang merubah dirinya sendiri. Sertifikasi hanyalah salah satu wahana untuk memperoleh pengakuan sebagai guru profesional. Sedangkan proses menjadi guru kuadran IV, guru profesional sejati, adalah proses mandiri guru dengan memanfaatkan berbagai media pengembangan diri, misalnya dengan banyak membaca buku, menelaah jurnal penelitian kependidikan, seminar, diskusi dengan teman sejawat, melakukan penelitian tindakan kelas, menulis buku ajar, atau mengambil kuliah lagi.
Singkatnya, guru kuadran IV adalah guru pembelajar. Dia tidak pernah berhenti memperbaiki diri. Dia mau menyisihkan sedikit uangnya untuk membeli buku-buku baru atau menyisihkan waktunya untuk mengunyah buku-buku bermutu demi proses pembelajarannya yang lebih baik untuk anak didiknya. Bravo guru Indonesia .
Penulis, Guru SMAN 2 Wonosari, Gunungkidul.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar